Kontroversi
mengenai apakah inteligensi lebih ditentukan oleh faktor bawaan ataukah oleh
faktor lingkungan terus berlangsung. Pada masa sekarang ini boleh dikatakan
sudah tidak ada lagi psikologi yang berpandangan cukup ekstrim untuk mengatakan
bahwa inteligensi merupakan atribut bawaan yang ditenukan oleh faktor-faktor
keturunan secara murni maupun yang sebaliknya mengatakan bahwa intelegensi
hanya ditentukan oleh faktor lingkungan sebagai hasil belajar semata-mata.
Pokok perdebatan masa kini beralih pada faktor manakah yang lebih menentukan
terjadinya perbedaan inteligensi individu yang satu dengan yang lainnya, apakah
faktor bawaan yang diwariskan berdasar keturunan ataukah faktor lingkungan yang
dipelajari oleh individu.
Namun
pada makalah ini kita akan membahas lebih mendalam mengenai beberapa faktor
lingkungan yang mempegaruhi inteligensi seseorang.
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI INTELIGENSI
1. Faktor Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung terpenting bagi kecerdasan anak. Dalam lingkungan keluargalah anak menghabiskan waktu dalam masa perkembangannya. Pengaruh lingkungan rumah ini berkaitan pula dengan masalah:
Stimulasi
Untuk
menjadikan anak cerdas, faktor stimulasi menjadi sangat penting, baik yang
berkaitan dengan fisik maupun mental/emosi anak. Orang tua dapat memberikan
stimulasi sejak buah hatinya masih dalam kandungan, saat lahir, sampai dia
tumbuh besar. Tentu saja dengan intensitas dan bentuk stimulasi yang
berbeda-beda pada setiap tahap perkembangan. Contohnya ketika masih dalam
kandungan, stimulasi lebih diarahkan pada indra pendengaran menggunakan irama
musik dan tuturan ibu atau ayah. Setelah anak lahir, stimulasi ini diperluas
menjadi pada kelima indra maupun sensori-motoriknya. Begitu juga stimulasi
lainnya yang dapat merangsang dan mengembangkan kemampuan kognisinya maupun
kemampuan lain.
Secara
mental orang tua juga menstimulasi anak dengan menciptakan rasa aman dan nyaman
sejak masa bayi. Caranya? Dengan mencurahkan kasih sayang, menumbuhkan empati
dan afeksi, disamping memberi stimulasi dengan menanamkan nilai-nilai moral dan
kebajikan secara konkret. Stimulasi yang diberikan secara efektif jelas dapat
membuat potensi kecerdasan anak mencapai titik maksimal.
Pola Asuh
Pola
asuh orang tua yang penuh kasih sayang diyakini dapat meningkatkan potensi
kecerdasan si anak. Sebaliknya, tidak adanya pola asuh hanya akan membuat anak
bingung, stres, dan trauma yang berbuntut masalah pada emosi anak. Dampaknya,
apa pun yang dikerjakannya tidak akan pernah membuahkan hasil maksimal.
Inteligensi Berkorelasi dengan
"Head size"???
Hubungan
antara ukuran kepala dengan IQ sudah cukup lama menjadi subyek kontroversi.
Tetapi penelitian dengan teknik neuroimaging membuktikan bahwa volume otak
berkorelasi dengan IQ. Bukti ini didapat dengan mengukur ukuran helm tentara AS
yang sedang mengikuti training dan dibandingkan dengan IQ-nya. Walaupun
demikian korelasi tersebut cukup_kecil.
Hubungan Inteligensi dengan
"Birth Order"
Kepercayaan
bahwa anak pertama lebih cerdas dibandingkan anak berikutnya sudah lama menjadi
kebenaran di masyarakat. Tetapi penelitian di AS membuktikan bahwa tidak ada
hubungan antara urutan kelahiran dengan inteligensi. Anak-anak yang lahir
duluan dalam urutan kelahiran tidak mempunyai perbedaan IQ yang signifikan dengan
anak-anak yang lahir belakangan.
Sedangkan
sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim Norwegia menemukan anak pertama, dan
mereka yang kehilangan saudara lebih tua, sehingga kemudian menjadi yang
tertua, mencatat skor lebih tinggi dalam tes intelegensi.
Adanya
hubungan ini ditemukan setelah para peneliti mengkaji data dari 250 ribu
tentara Norwegia, demikian BBC. Laporan tersebut dimuat_dalam_jurnal_Science.
Selama berpuluh-puluh tahun, para ahli tidak sependapat mengenai bagaimana
urutan kelahiran berpengaruh terhadap intelektualitas dan pencapaian prestasi.
Mereka
yang mendukung teori ini mengatakan anak-anak tertua biasanya mendapatkan
perhatian serius dari orang tua mereka sejak usia dini.
Yang
lainnnya berpendapat bahwa perbedaan disebabkan ketika janin berkembang di
dalam perut ibunya, dengan kehamilan berikutnya, sang ibu akan menghasilkan
antibodi yang bisa merusak otak bayi.
Sementara
yang lainnya mengatakan bahwa hubungan antara urutan kelahiran dan intelegensi
adalah hal yang tidak benar, atau bias karena besarnya jumlah keluarga, secara
historis, pasangan dengan IQ yang lebih rendah cenderung memiliki anak-anak
yang lebih tinggi IQnya.
Professor
Petter Kristensen, di Institut Nasional Kesehatan di bidang Kerja di Oslo dan
koleganya Tor Bjerkedal, di Jasa Layanan Kesehatan Angkatan Bersenjata Norwegia
mengatakan walaupun perbedaan IQ yang mereka temukan sedikit saja, namun ini
penting artinya.
Mereka
juga mengatakan bahwa alasan di balik penemuan ini karena faktor sosial, bukan
faktor biologi. Sebagai contoh, pria yang lahir sebagai anak ketiga namun
kemudian kehilangan kakaknya di awal kanak-kanak, sehingga kemudian dibesarkan
sebagai anak kedua memiliki skor IQ yang mendekati anak-anak yang dilahirkan
betul-betul sebagai anak kedua.
"Kami
menemukan bahwa posisi sosial anak yang menentukan, dan bukan posisi biologinya
yang menentukan." kata Professor Kristensen. Kepada harian Inggris, The
Daily Telegraph, dia mengatakan IQ yang lebih tinggi pada anak sulung dicapai
karena mereka mengajarkan sesuatu kepada adik-adik mereka. Kecenderungan
anak-anak pertama mendapatkan tempat terhormat di mata orang tua mereka, dan
juga mengambil peran sebagai kaka yang matang, berdisplin, menjelaskan juga
mengapa anak-anak sulung ini IQnya lebih tinggi.
3. Faktor Kesehatan
Hubungan Inteligensi dengan Maternal - Pengaruh lingkungan maternal
terhadap individu sebenarnya telah diawali sejak terjadinya pembuahan. Sejak
pembuahan sampai saat kelahiran, lingkungan ini telah mempengaruhi calon bayi
lewat ibunya. Misalnya defisiensi kalsium dalam aliran darah sang ibu dapat menyebabkan
abnormalitas tulang bayi. Seorang anak dapat terlahir cacat dikarenkan
lengannya terjerat oleh tali pusat sewaktu masih dalam kandugan. Proses
kelahiran itu sendiri dapat menyebabkan terjadiya luka seperti dalam kasus
kelahiran yang sulit atau dikarenakan kepala bayi terlalu lama mengalami
tekanan, yang akhirnya dapat berakibat kelemahan mental pada anak.
Inteligensi
lebih banyak diturunkan oleh ibu dibandingkan ayahPenelitian ini adalah
penelitian terhadap pengaruh gen yang dominan yang diwariskan oleh orang tua
terhadap anak dalam perkembangan inteligensinya. Hasilnya adalah bahwa
inteligensi anak lebih banyak dipengaruhi oleh sumbangan gen yang berasal dari
ibu dibandingkan dari ayah, tetapi seberapa besar perbedaan itu masih belum
diketahui. Hal ini disebabkan karena gen inteligensi adalah salah satu gen yang
kompleks.
Inteligensi
sangat dipengaruhi oleh pemberian ASI. Anak-anak dengan pemberian ASI yang
cukup, mempunyai Inteligensi yang lebih tinggi (sekitar 3 – 8 point)
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diberikan ASI atau diberikan ASI dalam
waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah
kandungan gizi dalam ASI yang berpengaruh terhadap otak bayi yang juga turut
mempengaruhi perkembangan inteligensi bayi.
Proses
pembentukan sel-sel otak hanya terjadi sekali seumur hidup dan sel-sel otak
yang mati tidak dapat digantikan oleh sel baru. Sedangkan perkembangan sel otak
terpesat terjadi pada masa balita, sehingga masa-masa ini sering juga disebut
sebagai masa keemasan anak.
Peran
nutrisi bagi kecerdasan anak tak bisa diabaikan begitu saja. Untuk menjadikan
anak sehat secara fisik dan mental, sebetulnya perlu persiapan jauh-jauh hari
sebelum proses kehamilan terjadi. Tepatnya mesti dimulai ketika masa
perencanaan kehamilan, sepanjang masa keha-milan dan akan terus berlanjut
selama masa pertumbuhan anak. Kecukupan nutrisi berkaitan erat dengan
perkembangan organ otak dan fungsinya yang akan menentukan kualitas anak di
masa depan.
Tanpa
nutrisi yang baik di masa-masa sebelumnya, kemungkinan besar pertumbuhan dan
fungsi otak terhambat sehingga potensi kecerdasan anak menjadi rendah. Begitu
pula kesehatannya secara keseluruhan. Tubuh yang lemah dan sering sakit-sakitan
tentu saja juga memengaruhi potensi kecerdasannya.
Untuk
itu, selain pengalaman indera yang merangsang aktivitas dan mematangkan kerja
otak, anak juga memerlukan nutrisi yang tepat untuk tumbuh kembang otaknya.
Salah
satu zat gizi yang penting perannya bagi perkembangan otak si kecil adalah zat
besi. Kekurangan zat besi akan mengakibatkan anak mengalami anemia (kurangnya
sel darah merah) yang dapat menghambat pertumbuhan fisik dan intelektualnya.
Data
penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% anak-anak mengalami anemia saat
berumur 6 bulan yang berpotensi menurunkan IQ mereka sampai 10 poin.
Kekurangan
zat besi dapat dihindarkan dengan cara memberikan air susu ibu (ASI) dlam
jangka waktu panjang, memberikan makanan tambahan yang kaya besi pada bayi usia
4-6 bulan, makanan yang memudahkan penyerapan besi (daging, ikan, ayam, hati)
pada saat pemberian makanan padat, dan menjaga kebersihan lingkungan, karena
infeksi berulang dan infestasi (serbuan) cacing tambang dapat menyebabkan
anemia karena kekurangan zat besi.
Hubungan Inteligensi dengan Life Spend - Setelah kelahiran, pengaruh faktor
lingkungan terhadap individu semakin penting dan besar. Proses yang paling
berpengaruh setelah masa ini adalah proses belajar (learning) yang menyebabkan
perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Apa yang dipelajari dan
diajarkan pada seseorang akan sangat menentukan apa dan bagaimana reaksi
individu terhadap stimulus yang dihadapinya. Sikap, perilaku, reaksi emosional,
dan semacamnya merupakan atribut yang dipelajari dari lingkungan. Seorang anak
yang diasuh dalam keluarga yang terbiasa menjerit-jerit bila memanggil da
menjerit-jerit pula bila memarahi akan tumbuh menjadi anak yang berbicara keras
dan kasar. Seorang anak yang selalu ditakut-takuti pada dokter akan menyimpan
konsep dokter sebagai ancaman, bukan sebagai penolong.
Proses Perkembangan
Intelegensi di tinjau dari factor lingkungan :
a. Perkembangan
Intelegensi Bayi
Sejak
tahun pertama dari usia anak, fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam
tingkah lakunya, misalnya dalam tingkah laku motorik dan bicara. Anak yang
cerdas menunjukkan gerakan-gerakan yang lancer, serasi, dan koordinasi,
sedangkan anak yang kurang cerdas, gerakan-gerakannya kaku dan kurang
terkoordinasi, anak yang cerdas cepat pula perkembangan bahasanya. Dalam hal
ini, peran orang tua sangat menentukan proses perkembangan intelegensi Bayi.
Karena walaupun bayi belum sepenuhnya bisa menyerap apa yang diperlihatkan
orang tuanya. Tetapi kemampuan pengenalan bahasa dasar seperi kata mama dan
papa akan mengukuhkan pengenalan orang tua sebagai pelindungnya.
b. Perkembangan
Inteligensi Masa Pra sekolah
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode pre operasional
yaitu tahapan anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode
ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau simbolik function,
yakni kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan
mengguanakan symbol (kata-kata, gesture atau gerak tubuh dan benda). Dapat juga
dikatakan sebagi semiotic function, kemampuan untuk menggunakan symbol-simbol
dalam melambangkan suatu kegiatan
Orang
tua masih sebagai factor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
inteligensinya. Ketika anak diperkenalkan berbagai jenis permainan yang
bersifat ruang dan bentuk dengan pendampingan orang tua. Permainan tersebut
akan mengenalkan anak dengan berbagai bentuk yang ada di sekitarnya.
c. Perkembangan
Inteligensi Anak Pada Masa Sekolah
Pada
Masa ini anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan
tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif
Faktor
lingkungan yang berpengaruh pada masa ini, adalah lembaga pendidikan formal
tempat anak belajar. Disanalah anak akan diperkenalkan dengan kegiatan membaca,
menulis dan berhitung yang akan meningkatkan kapasitas inteligensinya. Dengan
kegiatan membaca, lebih banyak kosa kata yang diterima anak dan pemahaman
kalimat yang merupakan bentuk asosiasi kata. Begitu juga dengan kemampuan
menulis. Kegiatan berhitung juga mengembangkan kemampuan numeriknya.
d. Perkembangan
Inteligensi Pada Masa Remaja dan Dewasa
Perkembangan
intelektual pada masa ini meupakan lanjutan dari masa sekolah. Pada masa remaja
dan selanjutnya perkembangan inteligensi lebih ditekankan pada proses
pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi masa depannya. Faktor lingkungan
yang berpengaruh selain sekolah dan orang tua. Perbedaannya pada masa dewasa
tingkat kompleksitas dan kerumitan masalah yang dihadapi jauh lebih tinggi.
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah jenjang pendidikan dan lingkungan
kerjanya.
Faktor Social Economia
Dengan
sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan
fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan
sekolah, dan kurang mendapatkan nutrisi yang memadai pula. Begitu juga
sebaliknya dengan sosial ekonomi yang kurang memadai, seseorang juga kurang
mendapatkan kesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang baik dan nutrisi yag
baik.
Pendidikan orang tua - Orang tua yang telah menempuh
jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih rendah
Faktor Education
Yang
pasti kecerdasan dalam diri anak tidak muncul begitu saja. Di luar potensi yang
diberikan, sebetulnya cerdas juga berarti ketekunan memelajari sesuatu. Selain
pendidikan yang diberikan orang tua di rumah, peran sekolah juga tidak kalah
besar. Boleh dibilang sekolah merupakan rumah kedua bagi anak yang
memungkinkannya mentransfer pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
kehidupan.
IQ
dipengaruhi oleh "school attendance"
Penelitian-penelitian
dalam inteligensi membuktikan bahwa inteligensi dipengaruhi oleh school
attendance. Penelitian itu antara lain :
IQ dipengaruhi oleh “delayed schooling - Peneliti-peneliti di Afrika Selatan meneliti fungsi
intelektual terhadap penduduk lokal. Untuk setiap tahun “delayed schooling”,
terjadi penurunan IQ sebesar 5 poin. Hasil penelitian ini juga sudah ditemukan
di AS.
Drop out dari sekolah dapat menurunkan
IQ - Penelitian ini dilakukan di Swedia,
dan mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan IQ sebesar 1,8 point bagi mereka
yang tidak menyelesaikan sekolahnya (drop out).
IQ dipengaruhi oleh “remaining in
school longer”
- Penelitian ini
dilakukan di AS, dan memberikan hasil bahwa terjadi penurunan IQ yang cukup
signifikan bagi mereka yang lebih lambat menyelesaikan sekolah pada waktunya.
IQ dipengaruhi oleh “summer vacation”
- Penelitian ini
juga dilakukan di AS terhadap siswa yang mengambil liburan musim panas. Siswa
yang liburan mengalami penurunan IQ setelah mereka masuk kembali ke sekolah
dibandingkan sebelum mereka liburan.
IQ : “on the rise” - Poin IQ meningkat sekitar 20 poin
dalam setiap generasi. Efek ini disebut dengan nama “Flynn Effect” yang berasal
dari nama peneliti Selandia Baru, James Flynn. Jika kita mengikuti tes IQ
sekarang dan membandingkannya dengan norma skor tes yang diikuti oleh kakek
kita 50 tahun yang lalu, 90% dari kita akan digolongkan “genius”, tetapi jika
skor kakek kita dulu dibandingkan dengan norma sekarang, maka mayoritas dari
mereka akan digolongkan “terbelakang mental (mentally retarded)”. Kenaikan
nilai IQ ini dapat dihubungkan dengan beberapa faktor, antara lain : nutrisi
yang lebih baik, sekolah, orangtua yang lebih terdidik, lingkungan yang lebih
kompleks, dan permainan-permainan seperti komputer dan konsol game.
IQ dipengaruhi oleh “school cafeteria
menu” - Penelitian
ini dilakukan tehadap kurang lebih 1 juta siswa di kota New York, dan
menghubungkannya dengan menu di kantin sekolahnya. Hasilnya membuktikan bahwa
diet makanan dapat mempengaruhi fungsi otak. Makanan-makanan tertentu, seperti
ikan, sayuran, dll, dapat mempengaruhi kerja fungsi otak, sehingga dapat juga
berpengaruh terhadap IQ. Makanan-makanan seperti makanan cepat saji (junk food)
tidak memberikan pengaruh apa-apa bagi perkembangan otak. [12]
No comments:
Post a Comment