Wednesday, January 6, 2010

Percaya Diri Atasi Gagap


Latah Hilang saat Tertekan

JIKA mendapati anak gagap bicara (stuttering), jangan diolok-olok, apalagi dibentak. Tindakan begitu justru akan menurunkan mental si anak.

''Bukannya jadi lancar, anak mungkin justru ngambek tidak mau bicara,'' kata Nur Ainy Fardana Nawangsari SPsi MSi. Gagap, lanjut Nur Ainy, adalah kemampuan bicara yang kurang lancar. Kondisi tersebut bisa dialami anak-anak hingga dewasa.

Penyebab gagap, menurut Nur Ainy, banyak. Pertama, ketidaksinkronan antara proses informasi dan kemampuan berbicara. Ketika berbicara, ada koordinasi antara rangsangan dari otak dengan pita suara, gigi, mulut, dan sistem pernapasan. Normalnya, semua organ itu dapat berfungsi simultan dan otomatis.

Pada penderita gagap, hal normal itu tak terjadi. Terlalu banyak informasi yang ada di otak. Namun, ada kesulitan untuk mengungkapkan secara verbal dengan lancar. Ibarat mobil, untuk menghidupkan mesin, harus menyalakan starter lebih lama. ''Sehingga, pada penderita gagap, tidak mudah berbicara sesuai kecepatan, tekanan, dan ejaan yang tepat,'' jelasnya.

Penyebab kedua adalah dinamikan pola asuh. Dosen psikologi Unair itu mengatakan, anak gagap jangan dibuat cemas dan tertekan. Dalam kondisi tersebut, anak tak bisa bicara dengan lancar. ''Makin gugup atau cemas, kemungkinan jadi gagap tambah besar,'' katanya.

Adakah faktor bawaan? Nur Ainy mengiyakan. ''Ada faktor genetik, tapi bukan penyebab utama,'' ujarnya. Jarang sekali, kata dia, anak tiba-tiba menjadi gagap ketika dewasa. Pasti sejak kecil anak memiliki bakat gagap.

Penanganan gagap, menurut Nur Ainy, bisa dilakukan dengan terapi perilaku. Salah satunya, anak dibuat santai, tidak tegang atau cemas. Kemudian, anak diajak bicara perlahan-lahan. Biarkan penderita bercerita mengenai sesuatu yang disukainya. ''Jangan ada desakan. Itu akan memicu anak jadi gagap lagi,'' kata Nur Ainy.

Terapi lainnya adalah membiasakan anak menulis apa yang akan dikatakan. Dengan menulis, lanjut wanita 37 tahun itu, komunikasi anak lebih terarah. Kebiasaan menulis juga mengurangi rasa cemas anak ketika hendak bicara. ''Jika anak pede (percaya diri), sedikit demi sedikit bicaranya akan tambah lancar,'' imbuhnya.

Bagaimana dengan latah? ''Latah bukan penyakit, melainkan kebiasaan,'' kata Inne Pramundita SPSi, psikolog Lascha Citta Pratama 3.

Awalnya, seseorang mungkin ikut-ikutan temannya yang latah. Saat kaget atau digoda, dia mengeluarkan kata-kata khas. Misalnya, ''Eh copot-copot''. Lalu, dia menjadi bahan tertawaan atau godaan teman-temannya. ''Kebiasaan bisa masuk ke alam bawah sadar seseorang. Contohnya, saat berjalan atau naik sepeda, tiba-tiba saja sudah berada di rumah, tidak terasa di perjalanan. Begitu juga latah,'' jelas Woelan.

Karena dianggap lucu dan bisa menarik perhatian orang, ada perasaan bangga yang muncul pada orang latah. Mereka senang digoda karena kelatahannya. Lalu, tiap kali digoda, dia mengeluarkan kata-kata tertentu hingga menjadi kebiasaan atau tindakan refleks.

Latah, lanjut dia, juga bisa muncul karena ada model atau contoh orang latah yang bisa ditiru. ''Saya punya mahasiswa yang sekeluarga latah. Pertama kakaknya, lalu adiknya, baru ibunya. Heboh jadinya,'' tutur Dra Woelan Handadari MSi, kepala Departemen Psikologi Klinis Universitas Airlangga.

Latah dalam batasan kata-kata, lanjut dia, tidak apa-apa. Tetapi, akan berbahaya jika latah memengaruhi refleks gerakan. ''Bahaya kalau tidak bisa direm. Misalnya, disuruh buka baju pun dilakukan. Atau, teman bilang tabrak mobil, si latah beneran menabrakkan diri ke mobil. Kan bahaya,'' tuturnya.

Woelan mengatakan, ada mahasiswanya yang latah hingga memengaruhi refleks gerakan. ''Anehnya, saat ada petir, dia takut dan tidak latah saat dilatahi teman-temannya,'' ujarnya.

Begitu juga saat temannya mengatainya copet. Kebetulan Woelan tahu, lalu memarahi anak yang latah itu karena latah dengan kata-kata jelek. Sejak itu, di depan Woelan, dia tidak berani latah. Itu berarti latah bisa muncul pada keadaan tertekan.

Karena bukan penyakit, tidak ada obat khusus untuk latah. Namun, ada beberapa cara untuk mengurangi atau menghilangkan latah. ''Hindari lingkungan yang ada orang latahnya. Selain itu, harus ada keinginan kuat untuk menghilangkan kebiasaan tersebut,'' imbuhnya. (war/ai/soe)

No comments:

Post a Comment